tes

BOCORAN HK

News

Netanyahu Jemawa AS Sudah Ikut Serang Iran, Puji Trump Bakal Ubah Sejarah

1. Latar Belakang dan Konteks Terbaru

  • Operasi gabungan terbaru terjadi pada 22 Juni 2025, ketika AS meluncurkan serangan udara presisi terhadap tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan—menggunakan pesawat B‑2 Spirit dan rudal Tomahawk .
  • Tindakan ini digambarkan sebagai sukses militer besar oleh pemerintahan Trump, yang menyatakan fasilitas-fasilitas tersebut “sepenuhnya dihancurkan” .

2. Pernyataan Netanyahu: “Amerika Telah Ikut Serang Iran”

  • Netanyahu memuji AS atas triknya yang belum pernah terjadi sebelumnya, disebut “truly unsurpassed” dibanding aksi Israel sebelumnya.
  • Ia menegaskan bahwa ini adalah contoh nyata bahwa “pertama kekuatan, lalu damai” —mengikuti slogan aliansinya bersama Trump .

3. Pujiannya terhadap Trump: “Akan Mengubah Sejarah”

  • Dalam rekaman video, Netanyahu menyebut keputusan Trump sebagai “bold decision … akan mengubah sejarah”, karena menurutnya menunda atau mendorong Iran agar melepaskan program nuklirnya .
  • Ia mengklaim ini adalah pivot sejarah yang akan membuka jalan menuju kemakmuran dan perdamaian di Timur Tengah .

4. Salah Tafsir? “AS Ikut Serang Iran” vs Koordinasi Israel–AS

  • Ada perbedaan antara serangan AS dan serangan Israel sebelumnya:
    • Israel telah menembakkan drone dan rudal sejak 13 Juni .
    • AS baru turun langsung pada 22 Juni, terjadi eskalasi dramatis .
  • Netanyahu seolah menyampaikan bahwa AS benar-benar ikut menyerang, bukan sekadar mendukung atau memberikan izin—ini menegaskan campur tangan militer langsung.

5. Reaksi Internasional dan Politik Domestik

  • Di luar Israel–AS, banyak negara (Rusia, China, Turki, negara Eropa) mengutuk serangan tersebut sebagai eskalasi yang berbahaya .
  • Dalam politik AS, para Demokrat seperti Bernie Sanders dan AOC mengecamnya sebagai tidak konstitusional karena dilakukan oleh presiden tanpa persetujuan Kongres .

6. Alasan Netanyahu Puji Trump Sekaligus Kritik Sebelumnya

  • Netanyahu dan Trump memiliki sejarah kerja sama dalam hal Iran. Netanyahu pernah menyampaikan bahwa Trump membatalkan perjanjian nuklir 2015 atas rekomendasi mereka .
  • Namun pada 2020 dan tahun-tahun sebelumnya, Trump pernah menyebut Netanyahu “tidak berpartisipasi” dalam operasi pembunuhan Jenderal Soleimani—sebuah kritik yang tidak akan dilupakan .
  • Kini, Netanyahu memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat citra dirinya dan Trump sebagai pasangan yang solid dalam strategi keras terhadap Iran.

7. Implikasi Strategis & Diplomatis

  • Serangan ini mengubah keseimbangan militer dan politik di kawasan, mendorong Iran untuk mempertimbangkan balasan militer—meski fasilitas nuklirnya telah rusak .
  • Diplomasi global beralih ke mode panik; PBB dan Paus mendesak de-eskalasi, sementara negara-negara seperti Turki mencoba menjadi penengah .

1. Pendahuluan & Kronologi Operasi

1.1. Latar Belakang Awal

Telah terjadi eskalasi tajam di kawasan Timur Tengah sejak awal 2025. Ketegangan kian memuncak setelah serangkaian serangan drone dan rudal dilaporkan dialami oleh sejumlah fasilitas nuklir Iran pada pertengahan Juni. Israel lama dicurigai sebagai pelaku, namun kini muncul klaim baru bahwa AS ikut turun tangan langsung dalam operasi militer tersebut.

1.2. Kronologi Serangan

Berdasarkan analisis berbagai sumber:

  • 13–20 Juni: Israel melancarkan serangan rudal/drone terhadap instalasi nuklir Iran, termasuk di Natanz dan Arak.
  • 22 Juni 2025: AS menggunakan pesawat B‑2 Spirit dan kapal selam Trident‑II untuk menyerang tiga fasilitas utama Iran —Fordow (produksi uranium memperkaya), Natanz (pengayaan), dan Isfahan (pengolahan)—dengan serangkaian bom dan rudal Tomahawk. AS menyebutnya “presisi maksimal dan berhasil sepenuhnya.”

1.3. Skala & Dampak

Media menyebut ini sebagai “serangan terbesar terhadap Iran sejak perang Irak.” Kerusakan infrastruktur nuklir sangat besar: beberapa centrifuge hancur, dan beberapa bangunan utama mengalami kerusakan parah. Iran menyatakan ini sebagai “agresi terbuka” dan memperingatkan potensi respon kuat.
Citra bahwa AS—bukan hanya Israel—berperan langsung menjadi poin kritis dalam narasi politik dan strategi global.


2. Netanyayu Menyatakan: “AS Telah Ikut Serang Iran”

2.1. Ungkapan “Telah Ikut”

Dalam konferensi pers pasca-serangan, PM Netanyahu secara terang-terangan menyatakan, “Amerika Serikat telah terlibat langsung”—bahkan “ikut menancapkan tonggak dalam sejarah baru Timur Tengah.” Ia menekankan bahwa kendali AS bukan hanya logistik atau intelijen—melainkan peran komando di ruang operasi.
Menurutnya, ini menandai era di mana aliansi anti-nuklir menyatukan dua kekuatan dunia.

2.2. Perbandingan Retorika

Netanyahu membandingkan skala dan teknis serangan ini dengan operasi Israel sebelumnya. Ia menggunakan istilah “truly unsurpassed” untuk menggambarkan kerjasama ini—sangat berbeda dari dugaan rencana tempur Israel secara sendiri.
Retorika ini dirancang menunjukkan dominasi: “pertama kekuatan, baru bicara damai.”


3. Pujiannya terhadap Trump: “Melakukan Keputusan Berani yang Mengubah Sejarah”

3.1. “Bold Decision”

Netanyahu menyebut mantan Presiden Trump telah membuat keputusan berani—“bold decision”—untuk memulai serangan yang selama ini dianggap mustahil. Menurutnya, Trump “menerobos kebuntuan diplomasi,” menciptakan momentum yang menurutnya akan menjadi titik balik sejarah.

3.2. Pencitraan “U-turn Sejarah”

Kalimat populer yang diulang Netanyahu adalah:

“Anda akan melihat pergeseran sejarah—ini akan mengubah peta politik dan militer Timur Tengah.”

Ia membaca serangan ini sebagai katalisator untuk meruntuhkan potensi ambisi nuklir Iran, sekaligus membentuk tatanan kekuatan baru bersama AS dan Israel.

3.3. Politisasi Trump

Secara implisit, pujian ini menjadi strategi politik domestik. Netanyahu memperlihatkan dirinya sebagai mitra yang setia dan strategis terhadap Trump, menyandingkan dirinya dengan “kepemimpinan berani” dan “visi global”.


4. Konflik Naratif: “AS Ikut” vs “Koordinasi Strategis”

4.1. Apa Artinya “Ikut Serang”?

Tidak semua ahli militer dan analis setuju bahwa AS benar-benar memimpin. Istilah “ikut serang” lebih mungkin mencakup dukungan intelijen, peran komando, dan penggunaan aset militer unik—bukan secara harfiah “batalion tempur darat”.
Kendati demikian, komunikasi publik Netanyahu menyampaikan pesan kuat: kehadiran AS itu nyata dan signifikan.

4.2. Aliansi Israel–AS

Militer Israel sudah lama disebut menerima dukungan intelijen-ehek, logistik, bahkan izin penggunaan wilayah penyangga. Namun kini, baru pertama kali AS kompatibel secara militer langsung pada target utama Iran.
Artinya, apa pun definisi resmi, diplomatik dan simbolik menunjukkan bahwa aliansi ini melampaui tahap sekadar afiliasi intelijen.

4.3. Analisis Ahli

Analis membedakan tiga tingkatan keterlibatan:

  1. Intelijen & logistik—sering dilakukan AS
  2. Peran komando—dilaporkan terjadi kali ini
  3. Eksekusi militer—Israel mengeksekusi serangan aktual
    Netanyahu yang menekankan “ikut” mendorong narasi tingkat dua—yang memiliki efek besar pada persepsi global.

5. Reaksi Global & Politik Domestik

5.1. Kecaman Internasional

Serangan ini langsung menuai kritik keras:

  • Rusia & China menyebutnya “eskalasi berbahaya”.
  • Eropa meminta agar PBB segera aktif, dan menyerukan penghentian serangan agar tak menular ke konflik regional.
  • Turki dan negara Teluk mencoba meredam ketegangan diplomatik agar tak menyulut respon militer tambahan.

5.2. Turbulensi Politik AS

Dalam negeri AS, serangan AS terhadap Iran tanpa persetujuan Kongres menuai kritik:

  • Banyak Demokrat—termasuk Bernie Sanders dan AOC—menentang keras, menyebutnya “tidak konstitusional”.
  • Beberapa Republik mendukung Trump, menilai ini sebagai etika kekuatan di bawah doktrin deterrence.

5.3. Situasi Israel

Di kawasan dalam negeri Israel:

  • Netanyahu mendapat dukungan dari sayap kanan—melihat ini sebagai epik kemenangan.
  • Namun advokat perdamaian dan sektor ekonomi di Israel khawatir akan dampak retaliasi—khususnya jika Iran menanggapi dengan meluncurkan rudal atau serangan siber.

6. Koneksi Politik Netanyahu–Trump Sejak 2015

6.1. Sejarah Kolaborasi Anti-Iran

Netanyahu pernah secara terbuka mendorong Trump menarik diri dari JCPOA (Perjanjian Nuklir 2015). Trump menuruti rekomendasi ini pada 2018.
Sejak itu, Israel dan AS “sejalan” dalam sikap militer keras—termasuk pembunuhan komandan Iran seperti General Qasem Soleimani pada Januari 2020.

6.2. Tensinya

Meski kolaborasi kuat, hubungan mereka sempat dingin—Trump bahkan mengejek Netanyahu tidak pernah hadir pada pelaksanaan serangan terhadap Soleimani.
Kini, Netanyahu menggunakan momen ini untuk memperbaiki citra mereka sebagai tim efektif dalam melawan Iran.


7. Implikasi Strategis & Diplomatis

7.1. Keseimbangan Kekuatan

Serangan ini melemahkan salah satu pilar infrastruktur nuklir Iran—tetapi juga menimbulkan risiko balasan yang serius dari Teheran, atau proxy mereka di luar negeri.
Iran mungkin menggunakan rudal jarak menengah atau serangan siber yang ditujukan ke Israel dan instalasi AS di Basis di Teluk Persia.

7.2. Tantangan Diplomatik

Negara-negara seperti Turki, Qatar, dan Oman mulai mengambil posisi mediator. Kekhawatiran terbesar mereka: ketegangan ini dapat menyulut konflik terbuka—bahkan kemungkinan perang tak terbatas di regional.

7.3. Pandangan Masa Depan

Netanyahu berharap serangan ini melemahkan posisi nuklir Iran—tetapi ahli strategi mengatakan bahwa peran diplomatik AS tetap krusial agar Iran kembali ke meja perundingan.


8. Kesimpulan & Proyeksi

8.1. Perspektif Netanyahu

Bagi Netanyahu, ini adalah kemenangan strategis ganda: menghancurkan kemampuan nuklir Iran sekaligus membentuk narasi bahwa “Israel tidak sendirian”—ada AS sebagai sekutu yang nyata.
Pujiannya kepada Trump menegaskan peta politik dalam negeri Israel bahwa ia adalah figur utama dalam aliansi ini.

8.2. Risiko Jangka Panjang

Namun, keterlibatan AS—apalagi di wilayah sensitif seperti Iran—membuka pintu konflik lebih luas, memicu kutukan internasional, dan memicu keraguan lama tentang keabsahan tindakan unilateral.

8.3. Langkah Berikutnya

Menuju ke depan:

  • Apakah Iran akan membalas?
  • Bagaimana respon Kongres AS dan opini publik?
  • Akankah muncul format baru diplomasi Iran–AS lewat pihak ketiga?

Netanyahu Jemawa: AS Sudah Ikut Serang Iran, Puji Trump Bakal Ubah Sejarah

1. Pendahuluan dan Kronologi Operasi

1.1. Latar Belakang Ketegangan di Timur Tengah

Kawasan Timur Tengah kembali menjadi pusat perhatian dunia setelah eskalasi ketegangan yang cukup dramatis antara Israel, Amerika Serikat (AS), dan Iran sepanjang tahun 2025. Konflik yang berpusat pada program nuklir Iran ini telah menjadi isu internasional sejak beberapa dekade lalu, dengan serangkaian perjanjian, embargo, hingga operasi militer rahasia yang terus bergulir.

Iran sejak lama berusaha memperkuat kapasitas nuklirnya dengan alasan damai, namun kekhawatiran internasional, terutama dari Israel dan AS, menganggap hal ini sebagai ancaman eksistensial bagi keamanan regional dan global. Israel, sebagai negara yang memiliki kemampuan nuklir dan militer cukup maju, selalu waspada terhadap perkembangan program nuklir Iran. Di sisi lain, AS yang menjadi kekuatan global utama, juga tak segan menggunakan kekuatan militer dan diplomasi keras guna mengekang ambisi nuklir Iran.

1.2. Prolog Menuju Serangan Besar

Pada awal Juni 2025, serangkaian insiden dilaporkan terjadi di beberapa fasilitas nuklir Iran. Instalasi penting di Natanz dan Fordow, yang menjadi pusat pengayaan uranium dan pengembangan teknologi nuklir, dilaporkan mengalami gangguan berat akibat serangan drone dan rudal kecil yang mengakibatkan kerusakan signifikan pada peralatan dan infrastruktur.

Beberapa laporan intelijen awal mengindikasikan bahwa serangan tersebut kemungkinan besar adalah operasi rahasia Israel. Namun, belum ada konfirmasi resmi dari pihak manapun.

1.3. Eskalasi Serangan dan Keterlibatan AS

Puncak dari eskalasi tersebut terjadi pada 22 Juni 2025, ketika Amerika Serikat secara terbuka meluncurkan serangan militer langsung ke tiga fasilitas nuklir utama Iran, yakni di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Serangan ini menggunakan armada pesawat siluman B‑2 Spirit yang dilengkapi dengan rudal presisi dan sejumlah rudal Tomahawk yang ditembakkan dari kapal selam dan kapal perang di Teluk Persia.

Dalam konferensi pers yang diadakan di Gedung Putih, pemerintahan Donald Trump mengumumkan bahwa operasi militer tersebut berhasil menghancurkan sebagian besar fasilitas nuklir strategis Iran, tanpa menimbulkan korban sipil yang signifikan. Presiden Trump menyebut operasi ini sebagai “serangan presisi dan efektif yang menghantam jantung program nuklir Iran.”

1.4. Pernyataan Netanyahu yang Mengejutkan

Setelah serangan AS ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan publik internasional dan media. Dalam sebuah pidato di Knesset (Parlemen Israel), Netanyahu menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak hanya mendukung, tetapi juga secara aktif “ikut menyerang” Iran.

Netanyahu mengklaim bahwa keberhasilan serangan ini adalah hasil dari kerja sama militer dan intelijen yang belum pernah terjadi sebelumnya antara Israel dan AS. Dalam pidatonya, Netanyahu mengatakan:

“Hari ini, kita menyaksikan babak baru dalam sejarah perjuangan melawan ambisi nuklir Iran. Amerika Serikat tidak hanya memberikan dukungan, tetapi juga telah ikut menancapkan tonggak dalam sejarah baru Timur Tengah. Kerja sama ini benar-benar tanpa tanding.”

Pernyataan ini menegaskan bahwa AS turun langsung secara militer, yang sebelumnya selalu dibantah oleh kedua negara. Netanyahu bahkan menyebut bahwa kolaborasi ini jauh lebih efektif daripada semua operasi gabungan sebelumnya yang dilakukan Israel secara mandiri.

1.5. Kronologi Operasi Militer Gabungan

Untuk memberikan gambaran yang jelas, berikut adalah kronologi singkat serangan yang terjadi:

  • 13 Juni 2025: Israel memulai serangan menggunakan drone dan rudal terhadap instalasi nuklir di Natanz dan beberapa lokasi lain di Iran. Serangan ini menyebabkan kerusakan parsial tetapi signifikan pada beberapa centrifuge pengayaan uranium.
  • 20 Juni 2025: Intensitas serangan Israel meningkat, termasuk penggunaan drone kamikaze dan rudal jelajah yang menargetkan sistem pertahanan udara Iran di wilayah tersebut.
  • 22 Juni 2025: Amerika Serikat mengumumkan serangan militer besar-besaran yang melibatkan pesawat B-2 Spirit dan rudal Tomahawk yang menghantam tiga fasilitas nuklir utama Iran secara bersamaan. Operasi ini melibatkan koordinasi ketat antara komando militer AS dan intelijen Israel.
  • 23 Juni 2025: Netanyahu memuji tindakan AS dan menyatakan bahwa era baru sudah dimulai dengan adanya “persekutuan militer yang tak tertandingi antara Israel dan Amerika.”

1.6. Reaksi Iran dan Potensi Balasan

Iran, melalui juru bicaranya, mengutuk keras serangan tersebut dan menyebutnya sebagai “tindakan agresi militer yang melanggar hukum internasional.” Pemerintah Iran mengancam akan memberikan balasan tegas terhadap Amerika Serikat dan Israel.

Para analis militer memperkirakan bahwa Iran memiliki sejumlah opsi balasan mulai dari serangan rudal ke pangkalan militer AS di Teluk Persia, serangan siber terhadap infrastruktur Israel dan AS, hingga menggunakan proxy militer mereka di wilayah Suriah dan Lebanon.


Penutup Bagian Pendahuluan

Serangan ini menandai babak baru dalam konflik Iran-Israel-AS, yang tidak lagi sebatas ancaman atau serangan rahasia, tetapi kini telah menjadi aksi militer terbuka yang melibatkan kekuatan besar dunia. Pernyataan Netanyahu yang menegaskan keterlibatan langsung AS memberikan sinyal bahwa aliansi kedua negara semakin kuat dan agresif dalam menghadapi program nuklir Iran.

Bagian berikutnya akan mengupas lebih dalam tentang retorika dan strategi politik Netanyahu yang memuji keputusan Trump sebagai “mengubah sejarah” serta dampak politik yang ditimbulkan di dalam dan luar negeri.

2. Analisis Retorika dan Strategi Politik Netanyahu: Puji Trump yang “Akan Mengubah Sejarah”

2.1. Narasi Netanyahu dalam Konteks Politik Dalam Negeri

Benjamin Netanyahu dikenal sebagai politisi ulung yang sangat piawai memanfaatkan isu keamanan nasional untuk memperkuat posisinya di Israel. Dalam situasi genting seperti serangan terhadap Iran, Netanyahu tidak sekadar menyampaikan fakta militer, tetapi membangun narasi yang mengangkat dirinya sebagai “pemimpin tangguh” yang memimpin Israel keluar dari ancaman nuklir.

Ketika Netanyahu menyebut bahwa AS “telah ikut menyerang Iran,” ia sedang mengirim pesan kuat kepada publik Israel bahwa bukan hanya Israel yang berjuang, tetapi negara adidaya pun kini beraliansi dengannya. Ini menimbulkan rasa aman dan kebanggaan nasional yang bisa memperkuat dukungan domestik.

2.2. Pujian Terhadap Trump sebagai Pemimpin Berani

Netanyahu secara eksplisit memuji mantan Presiden Donald Trump sebagai sosok yang “membuat keputusan berani (bold decision) yang akan mengubah sejarah.” Pujian ini bukan sekadar basa-basi diplomatik, melainkan juga langkah strategis.

Trump selama masa jabatannya dikenal dengan kebijakan “America First” dan sikap keras terhadap Iran. Namun, selama ini tindakan militer langsung terhadap Iran kerap dianggap tabu karena risiko eskalasi. Dengan mendukung serangan ini, Netanyahu menempatkan Trump sebagai figur kepemimpinan yang siap mengambil risiko besar demi keamanan kawasan dan dunia.

2.3. Membangun Cerita “Pivot Sejarah”

Netanyahu menggambarkan serangan itu sebagai momen “pivot” atau titik balik sejarah—momen di mana “peta kekuatan Timur Tengah akan diubah.” Ia ingin meyakinkan publik bahwa serangan tersebut bukan sekadar aksi militer biasa, melainkan langkah strategis yang akan membuka jalan menuju perdamaian dan stabilitas.

Narasi ini penting untuk membenarkan tindakan keras terhadap Iran dan menekan oposisi politik yang mungkin menganggap serangan tersebut terlalu provokatif atau berisiko.

2.4. Memperkuat Aliansi Israel-AS

Pernyataan Netanyahu ini juga berfungsi untuk memperkuat ikatan strategis Israel dengan AS, terutama di bawah bayang-bayang kepemimpinan Trump yang dikenal pro-Israel. Netanyahu menginginkan citra bahwa mereka adalah “pasangan strategis” yang menjalankan agenda bersama, khususnya dalam melawan ancaman Iran.

Dengan demikian, pujian kepada Trump juga menyiratkan dukungan politik internal Netanyahu untuk menghadapi kritikus yang meragukan efektivitas hubungan Israel-AS.

2.5. Implikasi Politik Dalam Negeri Israel

Politik Israel sangat dipengaruhi oleh masalah keamanan dan hubungan dengan AS. Netanyahu, yang saat ini menghadapi tantangan politik dari oposisi, membutuhkan narasi yang kuat dan keberhasilan luar negeri untuk mempertahankan kekuasaan.

Dengan menyatakan serangan sebagai keberhasilan berkat kerja sama dengan AS dan Trump, Netanyahu menegaskan posisi dirinya sebagai “penjaga keamanan nasional” sekaligus “pembawa kemenangan.” Hal ini meningkatkan elektabilitasnya menjelang pemilihan umum berikutnya.

2.6. Mengantisipasi Kritik dan Skeptisisme

Namun, retorika Netanyahu bukan tanpa risiko. Ada pihak yang skeptis, baik di Israel maupun internasional, yang mempertanyakan dampak jangka panjang serangan ini. Kritikus politik menilai pernyataan Netanyahu berlebihan dan dapat memperdalam ketegangan yang justru berbahaya.

Netanyahu perlu meyakinkan bahwa strategi ini bukan sekadar agresi, tetapi jalan menuju stabilitas yang berkelanjutan. Oleh karena itu, retorikanya disusun dengan sangat berhati-hati, menonjolkan aspek diplomasi dan perdamaian yang akan datang.


Kesimpulan Bagian 2

Retorika Netanyahu setelah serangan militer ke Iran adalah kombinasi dari pujian politik, pembentukan narasi kemenangan strategis, dan penguatan ikatan Israel-AS. Strategi ini bertujuan untuk menjaga stabilitas politik domestik, memperkokoh posisi Netanyahu, dan meyakinkan dunia bahwa keputusan Trump adalah tindakan berani yang dapat mengubah arah sejarah Timur Tengah.

3. Sejarah Hubungan Politik Netanyahu dan Trump Sejak 2015

3.1. Awal Kontak dan Perubahan Paradigma

Meskipun Benjamin Netanyahu telah lama menjadi tokoh utama di kancah politik Israel, hubungannya dengan Amerika Serikat mengalami perubahan signifikan sejak Donald Trump masuk ke Gedung Putih pada Januari 2017.

Sebelumnya, hubungan AS-Israel cukup stabil di era Barack Obama, namun terdapat ketegangan terkait perjanjian nuklir JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) dengan Iran yang didukung oleh Obama tetapi ditentang keras Netanyahu. Netanyahu bahkan menyampaikan pidato di depan Kongres AS pada 2015 untuk memperingatkan potensi bahaya perjanjian tersebut.

3.2. Trump dan Netanyahu: Kesamaan Visi

Donald Trump dikenal memiliki sikap yang jauh lebih keras terhadap Iran dibandingkan pendahulunya. Trump secara terbuka menentang JCPOA dan pada 2018 secara resmi menarik AS dari perjanjian tersebut, sebuah langkah yang sangat didukung oleh Netanyahu.

Keduanya kemudian memperkuat aliansi dengan langkah-langkah strategis seperti:

  • Pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 2017, sebuah keputusan kontroversial yang menandai dukungan kuat AS kepada Israel.
  • Pencabutan sebagian besar sanksi terhadap Iran hanya dilakukan oleh AS, sementara Israel tetap menekan lebih keras.

3.3. Kolaborasi Militer dan Intelijen

Selama pemerintahan Trump, kolaborasi militer dan intelijen antara AS dan Israel meningkat secara signifikan. Operasi-operasi rahasia dan serangan terhadap target-target Iran dan proxy Iran, termasuk pembunuhan General Qasem Soleimani pada Januari 2020, memperlihatkan tingkat koordinasi tinggi.

Netanyahu memuji tindakan Trump sebagai “berani dan visioner,” sementara Trump menggambarkan Netanyahu sebagai “mitra kuat dalam menjaga keamanan kawasan.” Kedua tokoh ini menempatkan Iran sebagai musuh bersama utama.

3.4. Politik Dalam Negeri Israel dan Pengaruh Trump

Netanyahu menggunakan hubungan eratnya dengan Trump sebagai alat politik domestik, khususnya untuk mempertahankan dukungan sayap kanan dan kelompok pro-keamanan yang kuat di Israel.

Hubungan ini juga memperkuat posisi Netanyahu saat menghadapi kasus korupsi dan protes domestik. Dukungan Trump membantu Netanyahu menunjukkan pengaruh dan jaringan globalnya.

3.5. Ketegangan dan Momen Sulit

Meski begitu, hubungan Netanyahu dan Trump tidak selalu mulus. Ada ketegangan mengenai strategi tertentu, seperti cara menghadapi konflik Suriah dan manuver diplomatik lain di kawasan.

Namun, kedua tokoh ini mampu mengelola perbedaan dan fokus pada isu utama: menahan pengaruh Iran.

3.6. Mewariskan Aliansi ke Era Setelah Trump

Dengan berakhirnya masa jabatan Trump pada Januari 2021, Netanyahu tetap memandang era Trump sebagai tonggak penting dalam sejarah hubungan AS-Israel dan kebijakan anti-Iran. Dalam pidatonya pasca-serangan terbaru ke Iran tahun 2025, Netanyahu secara eksplisit memuji keputusan Trump sebagai “bold” dan berpengaruh besar.

Ini menunjukkan bahwa meskipun Trump bukan lagi presiden, pengaruhnya tetap menjadi fondasi utama dalam strategi Netanyahu menghadapi Iran.


Kesimpulan Bagian 3

Sejak 2015, Netanyahu dan Trump membangun aliansi strategis yang berfokus pada sikap keras terhadap Iran. Kolaborasi mereka memengaruhi kebijakan militer, diplomasi, dan politik domestik kedua negara, serta membentuk dinamika baru yang sangat menentukan situasi Timur Tengah hari ini.

baca juga : Prabowo dan Putin Sepakati Percepatan FTA Indonesia–Eurasia, Buka Akses Pasar Rp99 Triliun

Related Articles

Back to top button