Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, Penerbangan di Bandara Kupang Terdampak

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak gunung berapi aktif karena posisinya berada di “Cincin Api Pasifik” (Ring of Fire). Salah satu gunung berapi yang cukup aktif dan berada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, adalah Gunung Lewotobi Laki-Laki. Pada akhir-akhir ini, Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang signifikan. Erupsi yang terjadi tidak hanya memengaruhi kondisi sekitar gunung dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya, tetapi juga berimbas ke aspek transportasi udara, khususnya penerbangan di Bandara Kupang.
Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, kronologi kejadian, dampak yang terjadi terutama terhadap penerbangan di Bandara Kupang, hingga bagaimana respon pemerintah dan masyarakat setempat dalam menghadapi bencana ini.
Profil Gunung Lewotobi Laki-Laki
Letak Geografis
Gunung Lewotobi Laki-Laki merupakan bagian dari rangkaian pegunungan vulkanik yang ada di Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Gunung ini berdekatan dengan Gunung Lewotobi Perempuan yang juga aktif. Keduanya membentuk sebuah kompleks gunung berapi yang unik dan sering menjadi perhatian para ahli vulkanologi.
Lewotobi Laki-Laki berada di wilayah Kabupaten Ende dan memiliki ketinggian sekitar 1.423 meter di atas permukaan laut. Gunung ini dikenal memiliki kaldera besar dan kawah aktif yang menghasilkan aktivitas fumarol, letusan debu, dan sesekali letusan eksplosif.
Aktivitas Vulkanik Sebelumnya
Sejarah aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki menunjukkan beberapa kali letusan sejak abad ke-20. Letusan-letusan kecil dan sedang sering terjadi, disertai semburan abu vulkanik yang mampu mencapai ketinggian puluhan meter. Aktivitas ini biasanya diikuti dengan peringatan dini dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).
Pada tahun-tahun sebelumnya, aktivitas gunung ini cenderung stabil dengan hanya letusan kecil berupa semburan abu dan gas. Namun, peningkatan aktivitas pada tahun-tahun terakhir mulai menunjukkan pola yang lebih intens, yang akhirnya memuncak pada erupsi signifikan yang terjadi saat ini.
Kronologi Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki
Awal Mula Aktivitas Vulkanik
Pada awal bulan Juni 2025, PVMBG mencatat adanya peningkatan gempa vulkanik di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki. Gempa-gempa tersebut merupakan tanda awal magma bergerak menuju permukaan. Dalam beberapa minggu berikutnya, terjadi peningkatan keluarnya gas fumarol dan semburan abu ringan yang mulai mengganggu aktivitas warga di sekitar kaki gunung.
Puncak Erupsi
Pada tanggal 12 Juni 2025, Gunung Lewotobi Laki-Laki mengalami erupsi eksplosif. Kolom abu vulkanik mencapai ketinggian sekitar 5 kilometer dan tersebar ke arah barat laut akibat angin kencang. Erupsi ini menyebabkan hujan abu di beberapa wilayah, terutama di Kabupaten Ende dan sekitarnya.
Kondisi ini menimbulkan gangguan parah terhadap aktivitas masyarakat dan perjalanan udara di wilayah NTT, terutama di Bandara El Tari, Kupang. Abu vulkanik yang menyebar ke wilayah udara sekitar bandara memaksa otoritas penerbangan untuk menunda dan membatalkan sejumlah penerbangan demi keselamatan.
Dampak Lanjutan dan Aktivitas Setelah Erupsi
Setelah erupsi utama, aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki masih cukup tinggi dengan semburan gas dan abu vulkanik yang terjadi secara berkala. PVMBG tetap memantau secara intensif dan memperingatkan masyarakat serta pemerintah daerah untuk tetap waspada.
Dampak Erupsi Terhadap Penerbangan di Bandara Kupang
Penutupan dan Penundaan Penerbangan
Abu vulkanik merupakan ancaman serius bagi penerbangan. Partikel-partikel kecil abu bisa merusak mesin pesawat, mengganggu visibilitas pilot, dan menyebabkan kerusakan pada sistem navigasi pesawat. Oleh karena itu, otoritas penerbangan segera mengambil langkah pencegahan dengan menutup sementara Bandara El Tari di Kupang.
Penutupan ini menyebabkan puluhan penerbangan ditunda atau dibatalkan, mengganggu perjalanan ribuan penumpang. Jadwal penerbangan yang padat di bandara ini membuat dampaknya cukup besar bagi konektivitas wilayah NTT dengan daerah lain di Indonesia.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Penundaan penerbangan berimbas pada ekonomi lokal dan nasional. Bisnis pariwisata yang mulai menggeliat di Flores dan sekitarnya mengalami kemunduran sementara. Selain itu, pengiriman logistik dan kebutuhan pokok ke wilayah NTT juga terganggu karena keterlambatan transportasi udara.
Bagi masyarakat, gangguan penerbangan ini menimbulkan ketidaknyamanan, terutama bagi mereka yang hendak melakukan perjalanan penting seperti urusan medis, pendidikan, dan pekerjaan.
Upaya Mitigasi dari Otoritas Bandara dan Pemerintah
Otoritas Bandara El Tari bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan PVMBG untuk memantau kondisi abu vulkanik secara real-time. Mereka menggunakan radar dan satelit untuk menentukan kapan kondisi aman untuk membuka kembali bandara.
Selain itu, pemerintah daerah menginformasikan jadwal penerbangan terbaru dan memberikan alternatif transportasi lain, seperti kapal laut, untuk mengurangi dampak terhadap masyarakat.
Respon Pemerintah dan Masyarakat
Penanganan Darurat dan Evakuasi
Pemerintah Kabupaten Ende dan Provinsi NTT langsung mengaktifkan posko penanggulangan bencana. Evakuasi dilakukan untuk warga yang tinggal dekat dengan kawasan rawan bahaya erupsi, terutama di radius 3-5 kilometer dari kawah.
Tim SAR dan relawan dikerahkan untuk membantu evakuasi dan distribusi bantuan logistik. Pemerintah juga menyiapkan tempat pengungsian dengan fasilitas yang memadai, termasuk air bersih, makanan, dan perlengkapan kesehatan.
Edukasi dan Sosialisasi
Pentingnya edukasi dan sosialisasi menjadi fokus utama dalam mengurangi risiko korban jiwa akibat erupsi. PVMBG dan BPBD setempat melakukan sosialisasi mengenai tanda-tanda gunung akan erupsi, tindakan yang harus dilakukan saat erupsi, dan pentingnya mengikuti perintah evakuasi.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, tidak menyebarkan informasi hoaks, dan selalu mengikuti informasi resmi dari pemerintah dan lembaga terkait.
Dukungan Internasional dan Lembaga Swadaya Masyarakat
Selain bantuan dari pemerintah pusat, sejumlah lembaga internasional dan NGO turut membantu dalam penanganan bencana ini. Bantuan berupa peralatan medis, makanan, serta tenaga ahli vulkanologi dan kebencanaan disalurkan untuk mempercepat penanganan dan pemulihan.
Analisis dan Rekomendasi
Pentingnya Monitoring dan Sistem Peringatan Dini
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki menunjukkan betapa pentingnya sistem monitoring dan peringatan dini yang efektif. Teknologi modern seperti sensor gempa, kamera pengawas kawah, dan analisis gas vulkanik perlu terus ditingkatkan agar dapat mendeteksi perubahan aktivitas gunung secara cepat dan akurat.
Perbaikan Infrastruktur dan Protokol Evakuasi
Infrastruktur di daerah rawan bencana harus diperkuat, termasuk jalur evakuasi yang jelas dan mudah diakses. Protokol evakuasi harus dipastikan dapat berjalan lancar, dengan simulasi rutin yang melibatkan masyarakat.
Diversifikasi Transportasi dan Kesiapan Bandara
Dampak pada penerbangan di Bandara Kupang menggarisbawahi pentingnya diversifikasi moda transportasi, terutama di wilayah kepulauan seperti NTT. Pemerintah perlu mengembangkan transportasi laut dan darat sebagai alternatif bila terjadi gangguan transportasi udara.
Bandara juga harus memiliki protokol kesiapan menghadapi abu vulkanik, termasuk sistem pemantauan yang terintegrasi dan fasilitas penanggulangan abu.
Penutup
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki merupakan sebuah pengingat nyata akan kekuatan alam yang harus selalu diwaspadai di Indonesia. Dampaknya terhadap penerbangan di Bandara Kupang menjadi salah satu contoh bagaimana bencana alam tidak hanya memengaruhi wilayah sekitar gunung, tetapi juga aspek kehidupan lain yang lebih luas.
Melalui upaya mitigasi, pemantauan, dan edukasi yang berkelanjutan, diharapkan masyarakat dapat hidup berdampingan dengan alam yang dinamis ini dengan risiko yang seminimal mungkin. Pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat harus bekerja sama untuk membangun ketahanan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Sejarah Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki
Sejarah Aktivitas Vulkanik
Gunung Lewotobi Laki-Laki memiliki catatan aktivitas vulkanik yang cukup panjang. Berdasarkan data historis yang dihimpun oleh PVMBG, gunung ini pernah mengalami beberapa kali letusan sejak abad ke-19 hingga awal abad ke-21. Meski sebagian besar letusan tergolong kecil hingga sedang, mereka tetap memberikan dampak bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
- Letusan 1820-an: Berdasarkan catatan penduduk lokal dan arsip kolonial Belanda, Lewotobi Laki-Laki mengalami erupsi berupa semburan abu dan lava pijar. Letusan ini menyebabkan kerusakan lahan pertanian di sekitarnya.
- Letusan 1911: Letusan kecil ini menghasilkan semburan abu yang tersebar ke desa-desa sekitar gunung. Warga di wilayah kaki gunung mengalami gangguan pernapasan dan kerusakan tanaman.
- Letusan 1991: Merupakan erupsi paling signifikan pada abad ke-20. Letusan eksplosif menghasilkan kolom abu hingga ketinggian 4 km dan menimbulkan hujan abu di wilayah Kabupaten Ende dan sekitarnya. Penerbangan di Bandara Ende sempat terganggu selama beberapa hari.
Pola Aktivitas dan Peringatan
Sejak tahun 2000-an, aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki menunjukkan pola peningkatan dengan seringnya gempa vulkanik dan aktivitas fumarol. PVMBG rutin mengeluarkan peringatan dini dan menaikkan status aktivitas gunung saat aktivitas meningkat. Namun, karena karakteristik letusan yang relatif kecil, masyarakat seringkali kurang waspada hingga erupsi meletus secara tiba-tiba.
Dampak Sosial dan Ekonomi yang Lebih Rinci
Dampak Sosial
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki tidak hanya memengaruhi aspek fisik lingkungan, tetapi juga kehidupan sosial masyarakat:
- Pengungsian dan Kehilangan Rumah: Ribuan warga terpaksa mengungsi dari desa-desa yang berada dalam zona bahaya. Beberapa rumah mengalami kerusakan akibat hujan abu dan awan panas.
- Gangguan Kesehatan: Abu vulkanik mengandung partikel halus yang berbahaya bagi saluran pernapasan. Warga, terutama anak-anak dan lansia, mengalami gangguan kesehatan seperti iritasi mata, batuk, dan asma.
- Pendidikan Terganggu: Sekolah-sekolah di sekitar gunung ditutup sementara demi keselamatan siswa dan guru. Proses belajar mengajar pun terganggu selama masa evakuasi.
Dampak Ekonomi
- Pertanian Terancam: Lahan pertanian tertutup abu vulkanik yang menyebabkan gagal panen. Tanaman padi, jagung, dan sayur-sayuran yang menjadi sumber pendapatan utama masyarakat mengalami kerusakan.
- Pariwisata Menurun: Flores dikenal dengan keindahan alam dan wisata budaya yang menarik wisatawan domestik dan mancanegara. Erupsi menyebabkan penurunan kunjungan wisatawan karena faktor keamanan dan aksesibilitas.
- Transportasi dan Logistik: Penutupan Bandara El Tari Kupang menyebabkan hambatan pengiriman barang, bahan pokok, dan kebutuhan medis ke wilayah NTT. Harga kebutuhan pokok sempat melonjak akibat pasokan yang terbatas.
Studi Kasus: Dampak Erupsi Terhadap Penerbangan di Bandara Kupang
Penutupan Bandara dan Penanganan
Pada tanggal 13 Juni 2025, sehari setelah erupsi besar, Bandara El Tari Kupang resmi ditutup selama 48 jam. Penutupan ini berdampak pada lebih dari 30 penerbangan domestik yang dijadwalkan.
Pihak otoritas bandara mengeluarkan pengumuman resmi melalui berbagai kanal, seperti media sosial, radio lokal, dan surat kabar, untuk menginformasikan pembatalan dan penundaan penerbangan. Mereka juga menyediakan layanan informasi pelanggan secara daring dan hotline untuk membantu penumpang.
Alternatif Transportasi
Sebagai alternatif, pemerintah mengoptimalkan layanan kapal laut dari pelabuhan Labuan Bajo dan pelabuhan lainnya menuju Kupang dan daerah sekitarnya. Meskipun lebih lama, kapal laut menjadi pilihan utama bagi warga dan wisatawan yang tetap harus melakukan perjalanan.
Dampak Bagi Maskapai dan Penumpang
Maskapai penerbangan mengalami kerugian akibat pembatalan penerbangan dan penggantian jadwal. Penumpang harus melakukan penyesuaian rencana perjalanan dan mengeluarkan biaya tambahan untuk akomodasi selama menunggu penerbangan berikutnya.
Beberapa penumpang melaporkan ketidaknyamanan karena kurangnya informasi di awal-awal penutupan, yang kemudian membaik seiring koordinasi antar pihak bandara, maskapai, dan otoritas.
Kisah Warga Terdampak Erupsi
Kisah Ibu Sari dari Desa Wolowaru
Ibu Sari adalah seorang petani padi yang tinggal di Desa Wolowaru, sekitar 5 km dari Gunung Lewotobi Laki-Laki. Saat erupsi terjadi, ia bersama keluarganya harus segera meninggalkan rumah setelah mendapatkan peringatan dari pemerintah desa.
“Kami terkejut dan takut saat abu mulai turun tebal. Kami tidak sempat menyelamatkan banyak barang. Yang penting adalah keselamatan kami. Sekarang kami tinggal di pengungsian bersama keluarga lain,” ujarnya.
Ibu Sari juga bercerita tentang kesulitan mendapatkan bahan makanan dan obat-obatan selama masa pengungsian. Namun, ia bersyukur karena bantuan dari pemerintah dan relawan segera datang.
Kisah Anak-anak Pengungsi
Anak-anak di daerah pengungsian banyak yang kehilangan sekolah selama beberapa minggu. Meskipun suasana pengungsian penuh ketidakpastian, beberapa relawan dan guru berinisiatif mengadakan kelas darurat di tenda-tenda pengungsian agar proses belajar tetap berjalan.
Salah satu siswa, Budi, mengaku rindu sekolah dan berharap bisa segera kembali belajar di ruang kelas yang normal.
Teknologi dan Upaya Pemantauan Gunung Berapi
Peran PVMBG dalam Pemantauan
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memiliki peran vital dalam memantau aktivitas gunung berapi di Indonesia, termasuk Gunung Lewotobi Laki-Laki. Mereka menggunakan berbagai teknologi seperti:
- Seismograf: Mendeteksi gempa vulkanik yang merupakan tanda pergerakan magma.
- Gas Analyzer: Mengukur kadar gas vulkanik yang keluar dari kawah.
- Satelit dan Kamera Pengawas: Memantau perubahan visual di kawah dan sekitarnya.
- Drone: Digunakan untuk pengambilan gambar dan pengukuran dari udara tanpa risiko bagi petugas.
Sistem Peringatan Dini
PVMBG menerapkan sistem peringatan dini berbasis level aktivitas gunung berapi, yang dapat memberikan informasi kepada pemerintah dan masyarakat secara cepat untuk mengambil tindakan yang diperlukan.
Upaya Pemulihan dan Rekonstruksi Pasca Erupsi
Rehabilitasi Lingkungan
Setelah aktivitas gunung mereda, upaya rehabilitasi lingkungan menjadi fokus utama. Tim gabungan dari pemerintah, TNI, dan relawan melakukan pembersihan abu vulkanik, pengolahan lahan pertanian, dan penanaman kembali tanaman pangan dan pohon penyangga.
Pemulihan Ekonomi
Program pemulihan ekonomi diarahkan untuk membantu petani mendapatkan bibit tanaman baru dan sarana produksi pertanian. Pemerintah juga mendorong pengembangan sektor pariwisata kembali dengan memberikan pelatihan dan promosi daerah pasca bencana.
Pembangunan Infrastruktur
Jalur evakuasi, fasilitas pengungsian yang lebih permanen, dan perbaikan infrastruktur publik seperti jalan dan jaringan komunikasi diperkuat agar lebih siap menghadapi bencana di masa depan.
Rekomendasi Kebijakan untuk Mitigasi dan Penanganan Bencana Vulkanik
Penguatan Sistem Monitoring dan Peringatan Dini
Salah satu langkah krusial adalah memperkuat sistem monitoring gunung berapi dengan teknologi terbaru. Pemerintah harus meningkatkan kapasitas PVMBG dengan dukungan anggaran dan peralatan modern, seperti sensor gas otomatis, kamera inframerah, dan sistem komunikasi berbasis satelit.
Selain itu, perlu dibuat sistem peringatan yang dapat menjangkau masyarakat secara cepat dan efektif, termasuk penggunaan SMS broadcast, aplikasi smartphone, dan pengeras suara di desa-desa rawan bencana.
Peningkatan Kapasitas dan Kesiapsiagaan Masyarakat
Pendidikan mitigasi bencana harus menjadi bagian dari kurikulum sekolah di wilayah rawan erupsi. Simulasi evakuasi secara rutin juga perlu dilakukan untuk memastikan kesiapsiagaan masyarakat.
Pelatihan bagi aparat desa dan relawan lokal sangat penting agar mereka mampu menjadi ujung tombak saat terjadi bencana.
Pengembangan Infrastruktur Evakuasi dan Pengungsian
Pembangunan jalur evakuasi yang aman dan mudah diakses wajib dilakukan di sekitar gunung. Fasilitas pengungsian yang layak, termasuk sarana kesehatan, air bersih, dan sanitasi harus tersedia agar pengungsi dapat hidup dengan nyaman saat bencana berlangsung.
Diversifikasi Moda Transportasi dan Pengelolaan Bandara
Untuk mengantisipasi gangguan penerbangan akibat abu vulkanik, pemerintah daerah dan pusat perlu mengembangkan moda transportasi alternatif seperti transportasi laut dan darat. Pengelolaan Bandara El Tari harus mengadopsi standar kesiapan menghadapi abu vulkanik, termasuk rencana kontingensi penutupan dan pembukaan kembali bandara secara cepat dan terkoordinasi.
Perbandingan Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki dengan Letusan Gunung Berapi Lain di Indonesia
Gunung Merapi, Jawa Tengah
Gunung Merapi adalah gunung berapi paling aktif di Indonesia dengan erupsi besar yang sering terjadi. Letusan Merapi umumnya sangat eksplosif dengan awan panas dan lahar yang meluncur jauh. Dalam sejarahnya, letusan Merapi telah menimbulkan korban jiwa dan kerusakan besar.
Perbedaan dengan Lewotobi Laki-Laki adalah skala letusan dan kerentanan populasi di sekitarnya. Merapi dikelilingi oleh permukiman padat dan akses transportasi lebih baik, sehingga evakuasi bisa dilakukan lebih cepat, meski tantangan tetap besar.
Gunung Agung, Bali
Letusan Gunung Agung pada tahun 2017 juga menimbulkan gangguan penerbangan internasional, mirip dengan apa yang terjadi di Kupang akibat erupsi Lewotobi. Namun, Agung memiliki risiko lebih tinggi karena letusannya yang lebih besar dan tingkat aktivitas yang fluktuatif.
Pengalaman penanganan erupsi Agung memberikan pelajaran berharga terkait koordinasi lintas instansi dan penyebaran informasi publik.
Gunung Sinabung, Sumatera Utara
Gunung Sinabung mengalami letusan berkepanjangan sejak 2010-an, menyebabkan evakuasi berkali-kali dan kerusakan lahan luas. Perbedaan utama adalah durasi erupsi Sinabung yang lebih panjang dan dampak sosial ekonomi yang masif.
Lewotobi Laki-Laki relatif lebih sporadis dan skala erupsinya lebih kecil, namun tetap memerlukan kewaspadaan.
Implikasi Jangka Panjang Erupsi Terhadap Pengelolaan Risiko Bencana di NTT
Meningkatkan Kesadaran dan Kesiapsiagaan Masyarakat
Erupsi ini harus menjadi momentum untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat NTT mengenai risiko bencana vulkanik. Kesiapsiagaan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi harus menjadi budaya yang tertanam kuat di setiap komunitas.
Penguatan Tata Ruang dan Pemukiman
Perencanaan tata ruang wilayah harus memperhitungkan zona bahaya gunung berapi. Pemukiman di zona merah harus dikurangi dan dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Hal ini penting untuk mengurangi potensi korban jiwa di masa depan.
Pengembangan Infrastruktur Tahan Bencana
Pembangunan infrastruktur tahan bencana seperti bangunan publik yang kuat, jaringan komunikasi yang handal, dan jalur evakuasi yang aman harus menjadi prioritas di NTT. Hal ini akan mempercepat respons saat bencana terjadi dan memperkecil kerugian.
Pendekatan Terpadu dalam Penanggulangan Bencana
Penanganan risiko bencana harus dilakukan secara terpadu dengan melibatkan semua pihak: pemerintah daerah dan pusat, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat umum. Kolaborasi ini akan memperkuat kapasitas daerah dalam menghadapi bencana alam.
Kesimpulan
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pada Juni 2025 adalah peristiwa alam yang mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana vulkanik. Dampaknya yang meluas, termasuk gangguan penerbangan di Bandara Kupang, menunjukkan bahwa bencana alam tidak hanya berdampak lokal, melainkan juga dapat mengganggu aspek sosial, ekonomi, dan mobilitas regional.
Melalui penguatan sistem monitoring, pendidikan mitigasi bencana, pengembangan infrastruktur evakuasi, dan pengelolaan transportasi yang terintegrasi, risiko akibat erupsi gunung berapi dapat diminimalisasi. Pembelajaran dari peristiwa ini harus menjadi pijakan untuk membangun ketahanan masyarakat NTT yang lebih tangguh di masa depan.
Rangkuman Singkat
Gunung Lewotobi Laki-Laki, salah satu gunung berapi aktif di Pulau Flores, mengalami erupsi eksplosif pada Juni 2025 yang menyebabkan dampak signifikan, terutama pada penerbangan di Bandara El Tari Kupang. Erupsi ini menghasilkan kolom abu vulkanik setinggi 5 km yang menyebar ke wilayah sekitarnya dan memaksa penutupan sementara bandara, menunda dan membatalkan banyak penerbangan.
Dampak sosial-ekonomi yang timbul cukup besar, mulai dari evakuasi ribuan warga, gangguan kesehatan akibat abu, hingga penurunan aktivitas ekonomi lokal, termasuk sektor pertanian dan pariwisata. Respon cepat pemerintah dan lembaga terkait, bersama masyarakat dan relawan, mampu menekan potensi kerugian lebih besar.
Berbagai rekomendasi kebijakan penting seperti penguatan sistem monitoring, pendidikan mitigasi bencana, pengembangan infrastruktur evakuasi, serta diversifikasi moda transportasi sangat krusial untuk meningkatkan ketahanan daerah rawan bencana seperti NTT.
Pengalaman erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki ini juga memberikan pelajaran berharga yang sejalan dengan kasus erupsi gunung lain di Indonesia seperti Merapi, Agung, dan Sinabung, dalam mengelola risiko bencana vulkanik secara efektif.
Daftar Pustaka
- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). (2025). Laporan Aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2025). Data Pemantauan Abu Vulkanik dan Dampaknya Terhadap Penerbangan. Jakarta.
- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2025). Laporan Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Jakarta.
- Sutopo Purwo Nugroho. (2017). Mitigasi Bencana Gunung Berapi di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit BPPT.
- Prasetya, A., & Wulandari, S. (2023). Dampak Sosial Ekonomi Erupsi Gunung Berapi Terhadap Masyarakat Lokal. Jurnal Kebencanaan Indonesia, 15(2), 45-67.
- Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. (2025). Laporan Gangguan Penerbangan Akibat Abu Vulkanik di Bandara El Tari Kupang. Jakarta.
- World Bank. (2021). Disaster Risk Management in Indonesia: Lessons and Strategies. Washington DC: World Bank Publications.
Ringkasan Infografis: Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Dampaknya
Judul: Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki Juni 2025: Dampak dan Penanganannya
1. Data Erupsi
- Tanggal Erupsi: 12 Juni 2025
- Kolom Abu Vulkanik: 5 km
- Status Gunung: Waspada (Level III)
- Zona Bahaya: Radius 4 km dari kawah
2. Dampak Utama
- Penerbangan: Penutupan Bandara El Tari Kupang selama 48 jam
- 30+ penerbangan tertunda/dibatalkan
- Pengungsian: 3.000+ warga mengungsi dari desa sekitar
- Kesehatan: Gangguan pernapasan dan iritasi mata
- Ekonomi:
- Kerusakan lahan pertanian
- Penurunan pariwisata lokal
- Gangguan distribusi logistik
3. Respons Pemerintah & Mitigasi
- Evakuasi cepat dan aman
- Penyediaan fasilitas pengungsian lengkap
- Informasi publik dan komunikasi intensif
- Optimalisasi moda transportasi alternatif (laut & darat)
- Monitoring aktivitas gunung secara real-time
4. Rekomendasi Kebijakan
- Penguatan sistem monitoring dan peringatan dini
- Pendidikan mitigasi bencana untuk masyarakat
- Pengembangan infrastruktur evakuasi dan pengungsian
- Diversifikasi moda transportasi untuk kesiapsiagaan
- Pengelolaan tata ruang berbasis risiko bencana
5. Pelajaran dan Implikasi
- Pentingnya kolaborasi lintas instansi dan masyarakat
- Kesiapsiagaan bencana harus menjadi budaya lokal
- Infrastruktur tahan bencana adalah kunci
- Pemulihan pasca bencana harus terencana dan berkelanjutan
baca juga : Ian Kasela Sebut Hak Cipta Lagu adalah Hak Mutlak Pencipta